Kamis, 22 Juli 2010

cara pembuatan sabun transparan

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sabun merupakan benda wajib yang kita pakai setiap hari. Tanpa sabun, mandi terasa tidak bersih karena sabun berfungsi untuk mengangkat kotoran yang menempel di tubuh kita.

Sabun pertama kali dibuat dari lemak yang dipanaskan dengan abu pada jaman Babilon kuno. Beragam jenis sabun digunakan secara berbeda di tiap kebudayaan. Orang Mesir kuno menggunakan campuran minyak hewan, tumbuhan dan garam sebagai sabun. Sedangkan orang Yunani kuno membersihkan tubuh dengan tanah liat, pasir, batu apung, dan abu. Lalu menyiram tubuh mereka dengan minyak dan untuk menghilangkan minyak yang melekat dan kotoran digunakan alat dari metal yang disebut strigil.

Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan atau pakaian.

Dewasa ini pemanfaatan sabun sebagai pembersih kulit makin menjadi trend dan beragam. Keragaman sabun yang dijual secara komersial terlihat pada jenis, warna, wangi dan manfaat yang ditawarkan. Berdasarkan jenisnya sabun dibedakan atas dua macam yaitu sabun padat (batangan) dan sabun cair.

Sabun transparan adalah sabun mandi yang berbentuk batangan dengan tampilan transparan, menghasilkan busa lebih lembut di kulit dan penampakannya lebih berkilau dibandingkan jenis sabun lainnya. Tampilan sabun transparan yang menarik mewah dan berkelas menyebabkan sabun transparan dijual dengan harga yang relatif lebih mahal. Pendirian industri sabun transparan merupakan salah satu jenis usaha yang cukup menjanjikan mengingat pasar sabun transparan belum jenuh dan masih terbuka lebar.

B. Tujuan

Setelah mengikuti pelatihan ini, diharapkan peserta diklat dapat membuat sabun transparan dengan kriteria sebagai berikut:

  • Tekstur padat dan lembut di kulit
  • Kenampakan transparan
  • Aroma sesuai dengan pewangi (parfum) yang ditambahkan
  • Warna jernih

II. LEMBAR INFORMASI

Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak dan telah dikenal secara

umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah

tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.

Sabun adalah surfaktan yang digunakan untuk mencuci dan membersihkan, bekerja dengan bantuan air. Sedangkan surfaktan merupakan singkatan dari surface active agents, bahan yang menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas maupun cair-cair) sehingga mempermudah penyebaran dan pemerataan.

Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa yang biasanya digunakan adalah NaOH (natrium/sodium hidroksida) dan KOH (kalium/potasium hidroksida). Asam lemak yang berikatan dengan natrium atau kalium inilah yang kemudian dinamakan sabun.

2.1 Klasifikasi Sabun :

1. Sabun Cair

Bentuk cair dan tidak mengental pada suhu kamar

2. Sabun Lunak/ Krim

Seperti pasta dan sangat mudah larut

3. Sabun Keras/ Padat

Dibuat dari lemak yang padat atau dari minyak yang dikeraskan dengan proses hidrogenasi, Asam lemaknya jenuh dan mempunyai BM tinggi, Sukar larut dalam air

Sabun padat (batangan) dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu :

· Sabun opaque ( tidak transparan )

· Sabun translucent ( agak transparan )

· Sabun transparan (sangat transparan)

2.2 Efek Pengaruh Alkali

Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH,KOH) mempunyai nilai pH 9.0 -10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 -9,5.

Hingga saat ini beraneka sabun telah diproduksi secara modern. Untuk membuat sabun sendiri tidaklah sulit. Bahan kimia dan cara pembuatannya cukup mudah sehingga dapat dibuat untuk skala rumah tangga dengan peralatan yang biasa digunakan sehari-hari.

Keberadaan sabun yang hanya berfungsi sebagai alat pembersih dirasa kurang mengingat pemasaran dan permintaan masyarakat akan nilai lebih dari sabun,. oleh karena itu tidak ada salahnya jika dikembangkan lagi sabun yang mempunyai nilai lebih, seperti pelembut kulit, antioksidan, mencegah gatal-gatal dan pemutih dengan penampilan (bentuk, aroma, warna) yang menarik.

Pengetahuan mengenai bahan baku dan bahan tambahan yang diperlukan dalam proses pembuatan sabun akan mempengaruhi mutu produk sabun yang dihasilkan.

2.3 Bahan Baku Sabun

1. Minyak dan Lemak

Jenis minyak yang dapat digunakan pada proses pembuatan sabun adalah minyak kelapa, minyak sawit, minyak jarak, minyak jagung, minyak kedelai dan minyak lainnya.

Tabel 1. Kandungan asam lemak yang dominan pada beberapa jenis minyak

No

Jenis Minyak

Asam Lemak yang Dominan

Jumlah

1

Minyak Kelapa

Asam Laurat

44 - 53 %

2

Minyak Sawit

Asam Palmitat

Asam Oleat

40 - 46 %

39 - 45 %

3

Minyak jarak

Asam Risinoleat

86 %

4

Minyak jagung

Asam Linoleat

Asam Oleat

56,3 %

30,1 %

5

Minyak Kedelai

Asam Linoleat

Asam Oleat

15 – 64 %

11 – 60 %

Minyak dan lemak dihasilkan oleh alam yang bersumber dari hewan dan tanaman, perbedaan mendasar antara lemak hewani dan lemak nabati adalah :

· Lemak hewani mengandung kolesterol, sedangkan lemak nabati mengandung fitosterol

· Kadar lemak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil daripada lemak nabati

Zat warna dalam minyak dan lemak dibedakan menjadi dua yaitu warna alamiah dan warna akibat oksidasi atau degradasi komponen kimia yang terdapat dalam minyak. Zat warna alamiah terdapat secara alamiah dalam bahan dan ikut terekstraksi bersama minyak dalam proses ekstraksi, zat warna tersebut antara lain alfa dan beta karoten, xanthofil dan anthosianin. Zat warna ini menyebabkan warna kuning , kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan. Sedangkan warna akibat oksidasi dan degradasi komponen kimia yang terdapat pada minyak antara lain: warna gelap disebabkan oleh oksidasi tokoferol (vitamin E).

Bau amis pada minyak atau lemak disebabkan oleh interaksi trimetil amin oksida dengan ikatan rangkap dari minyak tak jenuh. Trimetil amin berasal dari pemecahan ikatan C-N dari cholin dalam molekul lesitin kemudian ikatan C-N ini diuraikan oleh zat pengoksidasi seperti gugus peroksida dalam lemak, sehingga menghasilkan trimetil-amin.

Odor dan flavor pada minyak umumnya disebabkan oleh komponenbukan minyak, misalnya bau khas dari minyak kelapa sawit disebabkan oleh beta-ionone, sedangkan bau khas dari minyak kelapa disebabkan oleh nonyl methylketon (Ketaren, 1986). Selain terdapat secara alami odor dan flavor juga terjadi karena pembentukan asam-asam lemak berantai pendek sebagai hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak.

2. Natrium Hidroksida ( NaOH )

Natrium hidroksida (NaOH) seringkali disebut dengan soda kaustik atau soda api yang merupakan senyawa alkali yang bersifat basa dan mampu menetralisir asam. NaOH berbentuk kristal putih dengan sifat cepat menyerap kelembapan. Natrium hidroksida bereaksi dengan minyak membentuk sabun yang disebut dengan saponifikasi.

3. Asam Stearat

Asam stearat merupakan monokarboksilat berantai panjang (C18) yang bersifat jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap diantara atom karbonnya. Asam stearat dapat berbentuk cairan atau padatan. Pada proses pembuatan sabun, asam stearat berfungsi untuk mengeraskan dan menstabilkan busa.

4. Etanol

Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna, merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol pada proses pembuatan sabun digunakan sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak.

5. Gliserin

Gliserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin merupakan humektan sehingga dapat berfungsi sebagai pelembab pada kulit. Pada kondisi atmosfir sedang ataupun pada kondisi kelembaban tinggi, gliserin dapat melembabkan kulit dan mudah dibilas. Gliserin berbentuk cairan jernih, tidak berbau, dan memiliki rasa manis.

6. Coco dietanolamida (Coco-DEA)

Coco-DEA merupakan dietanolamida yang terbuat dari minyak kelapa. Dalam formula sediaan kosmetik, DEA berfungsi sebagai surfaktan dan penstabil busa. Surfaktan adalah senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang bermanfaat untuk menyatukan fasa minyak dengan fasa air.

7. Natrium Klorida (NaCl)

Natrium klorida (garam) merupakan bahan berbentuk kristal putih, tidak berwarna dan bersifat higroskopik rendah. Penambahan NaCl selain bertujuan untuk pembusaan sabun, juga untuk meningkatkan konsentrasi elektrolit agar sesuai dengan penurunan jumlah alkali pada kahir reaksi sehingga bahan-bahan pembuat sabun tetap seimbang selama proses pemanasan.

8. Gula Pasir

Gula pasir berbentuk kristal putih. Pada proses pembuatan sabun transparan, gula pasir berfungsi untuk membantu terbentuknya transparansi pada sabun. Penambahan gula pasir dapat membantu perkembangan kristal pada sabun.

9. Asam Sitrat

Asam sitrat memiliki bentuk berupa kristal putih. Berfungsi sebagai agen pengelat (chelating agent) yaitu pengikat ion-ion logam pemicu oksidasi, sehingga mampu mencegah terjadinya oksidasi pada minyak akibat pemanasan. Asam sitrat juga dapat dimanfaatkan sebagai pengawet dan pengatur pH.

11. Pewarna

Pewarna ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk menghasilkan produk sabun yang beraneka warna. Bahan pewarna yang digunakan adalah bahan pewarna untuk kosmetik grade.

12. Pewangi

Pewangi ditambahkan pada proses pembuatan sabun untuk memberikan efek wangi pada produk sabun. Pewangi yang sering digunakan dalam pembuatan sabun adalah dalam bentuk parfum dengan berbagai aroma (buah-buahan, bunga, tanaman herbal dan lain-lain).

2.4 Tahapan Pembuatan Sabun transparan

1. Persiapan Bahan

Tahapan pertama yang harus dilakukan dalam membuat sabun adalah mempersiapkan bahan baku dan bahan tambahan yang diperlukan untuk memproduksi sabun transparan. Bahan baku yang diperlukan adalah asam stearat, minyak (kelapa, sawit, jarak, jagung kedelai dll), NaOH, gliserin, etanol, gula pasir, Coco DEA. Adapun bahan tambahan yang harus disiapkan adalah NaCl, Asam Sitrat, pewarna dan pewangi.

2. Penimbangan Bahan

Bahan-bahan yang telah disiapkan kemudian ditimbang sesuai dengan formula yang telah ditentukan. Penimbangan bahan-bahan harus dilakukan seteliti mungkin. Jika keliru dalam menimbang bahan baku dan bahan tambahan berdampak pada terjadinya perbedaan karakteristik, sehingga karakteristik produk sabun transparan yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar.

3. Pemanasan Bahan

Pemanasan dilakukan untuk melelehkan bahan yang berbentuk padatan agar dapat dengan mudah dicampur dengan bahan lain yang berbentuk cairan. Bahan yang perlu dilelehkan adalah asam stearat, dilelehkan pada suhu 60 oC.

4. Pencampuran ( Blending)

Proses pencampuran dilakukan setelah bahan baku berbentuk padat dilelehkan. Hasil pelelehan kemudian dicampur dengan bahan – bahan lain yang berbentuk cairan maupun dengan bahan yang berbentuk padat lainnya yang tidak perlu dilelehkan terlebih dahulu. Pencampuran bahan-bahan dilakukan pada suhu sekitar 70 – 80 oC, kecuali pada penambahan pewarna dan pewangi yang dilakukan pada suhu 40 oC.

5. Pengadukan

Selama proses pencampuran berlangsung, pengadukan harus dilakukan secara kontinyu. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan sediaan sabun transparan yang homogen. Apabila tidak dilakukan pengadukan secara kontinyu beberapa bahan yang dicampurkan menjadi tidak merata dan menggumpal. Hal tersebut akan mempengaruhi tampilan sabun transparan.

6. Pencetakan

Proses pencetakan dilakukan dengan menuangkan sediaan sabun transparan ke dalam cetakan sabun. Bahan cetakan sabun dapat berupa stainless steel, plastik, kayu, fiber dll. Model cetakan disesuaikan dengan bentuk sabun yang akan dihasilkan, misalnya bulat oval, persegi dan sebagainya.

Setelah dituangkan ke dalam cetakan, sediaan sabun dibiarkan selama beberapa saat supaya sabun mengeras sempurna. Proses pengerasan (aging) dilakukan pada suhu kamar selama 1 bulan.

7. Pengemasan

Pengemasan dilakukan dengan menggunakan bahan kemasan plastik atau kertas. Untuk bahan plastik digunakan jenis plastik wrapping yang elastis. Untuk bahan kertas digunakan jenis kertas yang tipis. Pengemasan sabun transparan dapat dilakukan secara manual.

III. LEMBAR KERJA

MEMBUAT SABUN TRANSPARAN

Tujuan : Peserta pelatihan dapat membuat sabun transparan dengan kriteria tekstur padat dan lembut di kulit, kenampakan transparan, aroma sesuai dengan pewangi (parfum) yang ditambahkan, warna jernih.

Alat

1. Tangki pemanas

2. Wadah

3. Mesin pengaduk

4. Kompor

5. Timbangan

6. Cetakan sabun

7. Alat pemotong

8. Kemasan

Bahan:

  1. Minyak
  2. Natrium Hidroksida (NaOH)
  3. Asam Stearat
  4. Etanol
  5. Gliserin
  6. Gula Pasir
  7. Coco-DEA
  8. Pewarna
  9. Pewangi

Cara Pembuatan:

1. Panaskan 1 Liter minyak sampai suhu 60 oC

2. Masukkan NaOH 30 % sebanyak 500 ml

3. Panaskan dengan suhu 70 oC sambil diaduk

4. Aduk terus sampai proses saponifikasi sempurna (terbentuk larutan yang kental)

5. Tambahkan 500 gram asam stearat yang sudah dilelehkan pada suhu 60 oC

6. Tambahkan 800 ml etanol, 800 ml gliserin, 500 ml Coco-DEA dan 80 gram gula pasir sambil terus diaduk

7. Pemanasan dan pengadukan terus dilakukan sampai seluruh campuran menjadi homogen

8. Penambahan pewarna dan pewangi dilakukan pada suhu 40 oC

9. Tuangkan campuran ke dalam cetakan dan diamkan selama 24 jam hingga sabun mengeras.

10. Keluarkan sabun yang sudah mengeras dari cetakan.

PENGUJIAN SABUN

a. Penentuan Angka Asam

Metode : Titrimetri

Prinsip : Pelarutan contoh dalam pelarut organik tertentu (alkohol 95 % netral) dilanjutkan dengan penitaran dengan basa (NaOH atau KOH)

Alat :

· Neraca analitik

· Erlenmeyer 250 ml

· Buret 50 ml

· Pipet tetes

Bahan

· Sampel

· Alkohol 95 %

· Indikator fenolftalein (PP)

· KOH 0,1 N

Langkah Kerja:

  • Timbang dengan seksama 2 – 5 gram contoh ke dalam erlenmeyer 250 ml
  • Tambahkan 50 ml alkohol netral ( dibuat dengan cara: masukkan alkohol 95 % sebanyak yang diperlukan ke dalam erlenmeyer, tambahkan beberapa tetes indikator PP kemudian titrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda)
  • Setelah ditutup dengan pendingin balik, panaskan sampai mendidih dan digojog kuat-kuat untuk melarutkan asam lemak bebasnya.
  • Setelah dingin, larutan lemak dititrasi dengan 0,1 N larutan KOH standar
  • Tambahkan 3 – 5 tetes indikator PP dan titirasi dengan larutan standar NaOH 0,1 N hingga warna merah muda tetap (tidak berubah selama 15 detik). Apabila cairan yang dititrasi berwarna gelap dapat ditambahkan pelarut yang cukup banyak dan atau dipakai indikator bromthymol blue sampai berwarna biru.
  • Angka asam dinyatakan sebagai mg KOH yang dipakai untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram lemak atau minyak.
  • Lakukan penetapan duplo

Perhitungan :

Angka asam = ml KOH x N KOH x 56,1

Berat sampel (gram)

1 komentar: